Yang Dulu Menguras Hati, Kini Menjadi
Cerita Lucu: Dokter Ngawur dan Seputar GR-GRan
Yang lain lagi serius pemilu, lebih baik aku ngomongin yang lucu-lucu. Kisah yang dulu
menguras hati, kini jadi cerita seru dan lucu dan jadi bahan olok-olok dan bla bla bla bla. Heh!
Awal-awal
mau jadi pegawai tetap di sebuah lembaga swasta, aku diwajibkan menjalani
general check up. Selama ini, eh, selama itu maksudku, “general check up” itu
aku denger kalau ada berita Pak Harto sakit.. Aku penasaran banget tenatang apa
dan bagaimana “general check up” yang akan aku jalani: apakah akan meloloskanku
menjadi pegawai tetap atau menggagalkanklu. Aku punya riwayat “penyakit” yang
menurut dokter yang merawatku waktu aku masih SMP, itu antara lain disebabkan
karena ketakutan yang akut. Karena bosan gak ada perubahan setelah melakukan
pengobatan medis sampai ke dokter ketiga, akhirnya aku berhenti dan tidak
terjadi apa-apa. Kadang saran mereka aku jalankan, seringkali tidak. Dan tidak
ada masalah. Setelah aku kerja, aku coba ke dokter Jakarta, sekedar
memanfaatkan fasilitas asuransi eksehatan, ternyata ahsilnya sama: tidak ada
gangguan apa-apa. Yo wis! Walau harap-harap cemas, aku tetap bersyukur bahwa
aku tidak sakit seperti yang dikhawatrkan almarhumah ibuku.
Ketika
tiba saatnya prosesi “general check up” kami jalani, kami yang waktu itu
berangkat dari kantor ke klinik di Jakarta Pusat berangkat bertiga, sebut saja
nama teman-teman kantorku itu A dan B. Kami jalani tes demi tes bergiliran,
mulai dari rontgen, tes urin, dan seterusnya secara bergiliran, di samping ada
banyak pengambil tes dari institusi lain. Ketemu dokterpun bergiliran. Sampai
ke dokter, aku paling akhir dan paling lama. Aku pikir itu proses normal untuk “general
check up”.
Setelah menjalani prosesi terakhir yaitu menyerahkan dokumen ke
dokter, kami bertiga bertemu. ketemuan, teman pertama, A, komplen: "Lama
banget sih kamu. Ada kali 1/2 jam lebih. Aku cuma semenit, nyerahin dokumen,
sudah."
Teman
kedua,, B: "Aku 5 menitan. Ditanya-tanya dikit, sudah."
Lalu
kami saling cerita apa yang kami jalani di ruang dokter, proses terakhir. Rupanya
dokternya ngawur pencet sana sini, nanya ini nanya itu. Karena aku pernah ada riwayat
sakit waktu SMP, yang oleh para dokter dibilang bukan “sakit” dan tidak ada
indikasi “penyakit", aku masih berfikir memang prosesnya begitu. Aku fikir dokternya
melakukan prosedur dengan benar.
Usut punya usut, rupanay itu yang disebut
pelecehan seksual. Di kantor lama, aku cerita kejadian itu supaya plong. Bagiku,
menceritakan/mengeluuarkan beban hati dengan bercerita ke teman itu proses melupakan
trauma, tapi bagi teman-temanku lain. Itu dianggap cerita lucu untuk membuatku
histeris tiap kali mereka ulang-ulang cerita itu. Satu hal yang membuat olok-olok mereka membuatku
berhenti histeris dan ikut terbahak-bahak adalah komentar salah 1 temanku
berikut: "Dokternya sudah betul. Tepat. Mana mau dia pencat-pencet si A
and si B. Pinter dia milih barang bagus, hahaha.” Walaupun dilecehkan, tapi
paling enggak dapat point bagus dari teman-teman. Heh!
Akhirny,setelah
sekitar enam bulan berlalu dari peristiwa itu, aku putuskan untuk bener-benar
bisa melupakan peristiwa buruk itu. Aku bertekad untuk seratus persen bisa
melupakan kejadian itu dan menghapusnya dari memori otakku.
"Dokter
yang melakukan kesalahan aja biasa, kenapa aku yang gak tahu menahu dan jadi
korban menjadi terpuruk?” pikirku. Itu bener-bener mujarab. Sedikit demi
sedikit mulai hilang peristiwa buruk itu dari ingatan,Yang tersisa hanya
lelucon dengan teman-teman. Sejak saat itu, aku pilih-pilih dokter kalau berobat:
Harus perempuan. Baru laki-laki kalau hanya ada laki-laki di sana. Suatu hari
aku musti cabut gigi geraham, Aku minta dentist perempuan saja. Rupanya dentist
perempuan tidak kuat mencabut gigiku,sampai mulutklku berdarah2 ora karu-karuanan.
Akhirnya aku disuruh datang seminggu lagi, ditangani dokter laki-laki. Dan
beres. Weleh weleh . .
Jadi,
sedikit tentang pelecehan atau hal-hal buruk lainnya, semakin kita paham tentang
situasi, semakin cepat kita bersikap. Jangan mau tersakiti oleh situasi.
Putuskan untuk hidup bahagia dari diri sendiri . . maree maree . .
Nah,
ini satu lagi yang menguras hati. baca baik-baik ya . . Ini tentang GR atau beneran. Pokoke itu jadi
cerita lucu aja saat ini. Buat lucu-lucuan aja ya. Jangan nangis.
Dulu
ada teman sosmed yang naksir aku. Awalnya aku gak ngeh, lama-lama ngerasa TL-TL
dia ngikutin TLku terus. Sering TL dia merupakan jawaban TLku menambah
informasi yang kurang di TLku atau membantah. Yang terakhir ini jarang.
Seringnya yang I dan II.
Aku ikut-ikutan suka ke dia juga akhirnya. Kok ikut-ikutan. Yakin dia suka? Eh, GR! Hihihi . . Iya, tepatnya GR ditaksir orang do sosmed.
Setelah jalan lumayan lama, setahunan mungkin, kok masih di TLi-TL aja status kita? Ga ada kabar ngelamar kek, minta nomor talipun kek, inbox kek, DM kek . .
Kita? Aku aja kali yang GR kalau kami saling suka. Kami? Aku aja kali. Namanya juga GR, hahaha . .
Teman2ku di luar sosmed menyarankan aku nanya ke dia. Tapi aku tidak lakukan. Aku hanya nulis saja di statusku bla bla bla. Rupanya dia jawab di TL dia juga. Padahal mauku, dia akan melakukan tindakan lebijh: mminta nomro talipun kek, PIN BBM kek, dan lain lain dan sebaginya. Walau gondok, aku mencoba menerima keadaan. Menerima ansip ditaksir pecinta tembok.
Aku ikut-ikutan suka ke dia juga akhirnya. Kok ikut-ikutan. Yakin dia suka? Eh, GR! Hihihi . . Iya, tepatnya GR ditaksir orang do sosmed.
Setelah jalan lumayan lama, setahunan mungkin, kok masih di TLi-TL aja status kita? Ga ada kabar ngelamar kek, minta nomor talipun kek, inbox kek, DM kek . .
Kita? Aku aja kali yang GR kalau kami saling suka. Kami? Aku aja kali. Namanya juga GR, hahaha . .
Teman2ku di luar sosmed menyarankan aku nanya ke dia. Tapi aku tidak lakukan. Aku hanya nulis saja di statusku bla bla bla. Rupanya dia jawab di TL dia juga. Padahal mauku, dia akan melakukan tindakan lebijh: mminta nomro talipun kek, PIN BBM kek, dan lain lain dan sebaginya. Walau gondok, aku mencoba menerima keadaan. Menerima ansip ditaksir pecinta tembok.
Tanya
dengan cara lain? Mana bisa? Masak mau nuduh dia naksir aku? yang bener saja. Kalau
ternyata aku beneran GR gimana coba? Akhirny aku memilih tidak melakukan
klarifikasi elwat jalur berbeda. karena apa? Karena itu tadi: mungkin aku aja
yang GR dan berharap bahwa kalau emang dia suka, dia pasti usaha nyari nomor
talipunku/nyimpen karena aku sudah sering posting kalau ada temen minta. Ternyata
tidak. Waktu aku diamkan beberapa lama, dia memang sempat marah, galau dan
bereaksi macam-macam, tetap di TLnya. Dan salah satunya yang makin bikin aku
berkesimpulan dia tidak peduli sama aku adalah: dia tidak tahu harus ke mana
ngungkapin cintanya kepadaku. Eh, kok kepadaku? iya kalau galaunya dia karena
aku. Ahhh, namanya juga GR. Bisa jadi itu hanya ungkapan isi hati lucu-lucuan
saja.
Atau dia bisa DM, inbox, atau berkomunikasi di wallku atau lainnya . .
Ketika aku mundur teratur, dia gusar, marah, kecewa. Segala uneg2 dikeluarkannya, bahkan menuduhku begini dan begono. Eh, tapi, tahunya dia menuduhku dari mana? Kan itu TL dia sendiri, wall dia sendiri. Dari mana tahu itu buatku? Iya ya. Namanya juga GR, hahaha . .
Suatu hari dia pernah berpesan tidak ada berduaan sebelum nikah. Tapi mosok komunikasi aja gak ada? Ucapan bahwa dia naksir aku secara langsung, tak eprnah ada. Jadi? Emang itu buat aku? Atau buat yang lain-lainnya? Ah! GR lagi aku. TL-TLnya sendiri, kuanggep untukku, hahaha . .
Gimana aku tahu dia mau ngapain ke aku kalau komunikasi bahwa dia suka ama aku, ingin memilikiku, ingin menikahiku aja ga pernah. Dia lebih mencintai tembok daripada aku.
Tapi dia kan ga mau pacaran? Dia kan ikhwan? Bisa aja suatu saat nanti langssung lamaran?
Gak pacaran tapi sahut-sahutan TLku setahun lebih? Ah. Pasti aku GR lagi deh, hahaha . .
Apalagi kalau keengganan dia komunikasi langsung itu cara2 Arab? Modar aku? Aku ora sudi diperlakukan cara Arab. Aku wong Jowo, orang Indonesia. Aku mau dilamar ala Indonesia: ngomong coro menungso, ora coro tembok.
Atau dia bisa DM, inbox, atau berkomunikasi di wallku atau lainnya . .
Ketika aku mundur teratur, dia gusar, marah, kecewa. Segala uneg2 dikeluarkannya, bahkan menuduhku begini dan begono. Eh, tapi, tahunya dia menuduhku dari mana? Kan itu TL dia sendiri, wall dia sendiri. Dari mana tahu itu buatku? Iya ya. Namanya juga GR, hahaha . .
Suatu hari dia pernah berpesan tidak ada berduaan sebelum nikah. Tapi mosok komunikasi aja gak ada? Ucapan bahwa dia naksir aku secara langsung, tak eprnah ada. Jadi? Emang itu buat aku? Atau buat yang lain-lainnya? Ah! GR lagi aku. TL-TLnya sendiri, kuanggep untukku, hahaha . .
Gimana aku tahu dia mau ngapain ke aku kalau komunikasi bahwa dia suka ama aku, ingin memilikiku, ingin menikahiku aja ga pernah. Dia lebih mencintai tembok daripada aku.
Tapi dia kan ga mau pacaran? Dia kan ikhwan? Bisa aja suatu saat nanti langssung lamaran?
Gak pacaran tapi sahut-sahutan TLku setahun lebih? Ah. Pasti aku GR lagi deh, hahaha . .
Apalagi kalau keengganan dia komunikasi langsung itu cara2 Arab? Modar aku? Aku ora sudi diperlakukan cara Arab. Aku wong Jowo, orang Indonesia. Aku mau dilamar ala Indonesia: ngomong coro menungso, ora coro tembok.
Aku
wong Jowo, maunya dojodohin coro Jowo, coro Endonesa. Ora sudi dadi wong Arab. *Maap
Arab. Kamu jadi kebawa-bawa deh, heheheh . .
"Jangan-jangan kalau ama dia aku nanti diiket ga boleh keluar rumah kayak kambing. Keluar rumah dosa. Jangan2 aku nanti ga boleh ngomong ama orang. Ngomong ama laki-laki dihukumi zina. Modar tenan aku.”
"Jangan-jangan kalau ama dia aku nanti diiket ga boleh keluar rumah kayak kambing. Keluar rumah dosa. Jangan2 aku nanti ga boleh ngomong ama orang. Ngomong ama laki-laki dihukumi zina. Modar tenan aku.”
"Jangan2
dia nanti setres kalau akau gaul dengan sesama makhluk coro Jowo coro kampungku
yang akrab ke banyak orang?" Waduh!
Kadang masih ngarep, akdang terlanjur gondok. istikhoroh dibilang bagus, bagus, bagus. Aku berdoa: “Jika dia baik bagiku, baik bagi agamaku, baik bagi amsa depan dunia dan akhiratu, mudahkanlah dan dia tidak baik bagiku, tidak baik bagi agamaku, tidak baik bagi amsa depan kehidupan dan penghidupan dunia dan akhiratku, beri aku ganti yang lebih baik” lalu dikasih tahu bagus, bagus, bagus. Jangan-jangan ini juga GR. Haduuuhhhh . .
Kadang masih ngarep, akdang terlanjur gondok. istikhoroh dibilang bagus, bagus, bagus. Aku berdoa: “Jika dia baik bagiku, baik bagi agamaku, baik bagi amsa depan dunia dan akhiratu, mudahkanlah dan dia tidak baik bagiku, tidak baik bagi agamaku, tidak baik bagi amsa depan kehidupan dan penghidupan dunia dan akhiratku, beri aku ganti yang lebih baik” lalu dikasih tahu bagus, bagus, bagus. Jangan-jangan ini juga GR. Haduuuhhhh . .
Yang
paling menyetreskanku itu kalau ditanya teman/tetangga "Kamu sudah ada
calon apa belum? Kamu mau gak sama si ini si itu dan sebagainya?"
Meskipun aku ga ada niat mau ama orang-orang yang disebutkan tadi, tapi aku nyengir dan sedih. Mau jawab "sudah", faktanya belum. Mau jawab "belum", rasanya sudah.
Eh, GR lagi GR lagi.
Daripada gak jelas, akhirnya dengan segenap niatan aku sampaikan sindiran halus. Gak paham juga. Lha wong memang dia ga niat, kali . .
Yo wis. Akhirnya aku putuskan untuk menjadi diriku sendiri, tidak berGR ria. Apapun keluhan dia, komplen dia di TL dia, tak perlu kuanggap. Emangnya buat aku? Hahaha . .
Meskipun aku ga ada niat mau ama orang-orang yang disebutkan tadi, tapi aku nyengir dan sedih. Mau jawab "sudah", faktanya belum. Mau jawab "belum", rasanya sudah.
Eh, GR lagi GR lagi.
Daripada gak jelas, akhirnya dengan segenap niatan aku sampaikan sindiran halus. Gak paham juga. Lha wong memang dia ga niat, kali . .
Yo wis. Akhirnya aku putuskan untuk menjadi diriku sendiri, tidak berGR ria. Apapun keluhan dia, komplen dia di TL dia, tak perlu kuanggap. Emangnya buat aku? Hahaha . .
Akhirnya
aku berdoa, mencoba berdeadline ria: “Kalau memang dia baik bagiku, jodohku,
mudahkanlah. kalau tidak mudah, mudahkan aku untuk meninggalkannya.”
Rupanya
dia nangkep tapi tetep, sibuk berTL ria saja, gak ada tindakan apa-apa.
Sejak saat itu, aku merasa bebas. Kalau ada yang nanya-nanya, mudah aja aku jawab aku jomblow. Enteng. Tenang. Damai. Ga berharap pada yang ga mau diarepin . .
Kalau sudah kecewa, rasanya perlu waktu sangat lama untuk bisa berkata-kata. Lhah, ngapain juga kecewa, lha wong diri sendiri yang GR kok. Gak perlu nyalahi pihak lain. Kalaupun iya, lebih baik nyalahin diri sendiri, daripada ribut, hehehe. Kecewa dan tersudut oleh pertanyaan orang-orang sekitar akhirnya membuat seseorang berkeputusan ekstrim. Ancur ra popo. Aku ra sudi diperlakukan cara Arab begini. Aku ra ngerti cara orang shaleh karena aku bukan orang shaleh. Daripada nanti aku merusak keshalehannya karena ngomong ke aku, apakah dia perlu waktu, apakah dia suka aku, apakah dia lagi mengurus sesuatu, mending aku kabur demi menjaga keselamatan keimanan dan keshalehannya. It’s Arab you know. Ga boleh pacaran dan kalau naksir atau ngelamar itu cukup kode-kode dalam hati, sudah sampai ke sasaran. Padahal, kalau dia perlu waktuu akrena urusan ini itu, asalkan dia kasih tahu, mungkin ceritanya akan lain. Emang enak dibuat gak jelas. Gak enak kan? namanya juga Arab.
Alhamdulillaah
. . Yuhuuuu . . Masa lalu itu kini terasa lucu, lucu, dan lucu. Padahal dulu itu rasanya gimanaaaa gitu.
Alhamdulillaah. Semua peristiwa itu terjadi
karena kehendak Allah. Aku tidak menyesali apa yang dulu pernah terjadi. Aku terus mengharap yang baik-baik dariNya. Jodoh, rejeki, umur, matek semua sudah digariskanNya. Aku tidak tahu siapa nanti yang menjadi jodohku. Apakah dia ditakdirkan Tuhan untuk berjodoh denganku atau Tuhan menyiapkan wajah baru, aku tak tahu. Ilaahi Anta maksudii . . Harapku takdir yang baik-baik saja untukku. Aamiin
Maree maree . . .
Yayah
April 26, 2014
Untuk Indonesia yang lebih baik