Halaman

Sabtu, 28 Januari 2012

ROBOHNYA SEKOLAHKU, MEGAHNYA ISTANAMU! AMBOI,

ROBOHNYA SEKOLAHKU, MEGAHNYA RUANG RAPATMU! AMBOI!




Sekolahku bocor di atap.
Siang hari kami bermandikan cahaya matahari
yang tidak malu-malu menelusup di celah-celah genteng atap sekolah kami
Kalau hujan?
Kami lari-lari, menari liar mencari suaka diri


Sekolahku sumpeg.
Pagi siang sore hari terus saja sumpeg
Ruangnya yang sempit,
dinding-dindingnya tua,
catnya mengelupas,
basah terkena rembesan air hujan dan air rembesan kamar mandi,
menambah aroma kelasku semakin apeg.


Sekolahku sudah peyot.
Genting-gentingnya kapan saja bisa melorot,
memaksa kami untuk terus melotot
jangan sampai tubuh kami tertimpa genteng-genteng tua
yang rusuk-rusuknya reyot.


Sekolahku silih berganti pada ambruk.
Tiangnya yang keropos miring ke sana,
Atapnya yang reyot miring ke sana,
Dindingnya yang apeg rapuh miring ke sana,
Dan bruk! Seia sekata ambruk bersama! Sekolahku ambruk terpuruk!


Sekolahku sumpeg, apeg, reyot, peyot, ambruk, dan terpuruk!


Aha!
Hingar bingar di sana pembantu- pembantuku rupanya.
Hirup pikuk di sana wakil-wakilku.
Ruang rapatnya yang tak lebih besar dari Pasar Induk didandani lebih dari 20 milyar
Kursinya? satunya dihargai puluhan juta.
WCnya?
Entah apanya lagi?
Kalkulatorku tak mampu menampung jumlah NOL-nya.


Amboi! Megah nian ruang rapatmu?


Mana sopan santunmu para pembantuku?
Kalian tak lebih dari para pembantu
yang mengemban amanat-amanatku.
Kalian tahu itu?


Mana sopan santunmu para pembantuku?
Sekarang kalian tahu siapa kamu dan siapa aku?
Kalian adalah pembantuku!
Wakilku!
Bantulah aku mengasah budi pekertiku.
Bantulah aku mencerdaskan pikiran dan hatiku!
Bantulah aku menajamkan nuraniku!


Aku ini rakyatmu, berkuasa atasmu!
Ayolah, bantu aku!






Yayah
Depok, 18 Januari 2012
Untuk Indonesia yang lebih baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar