Halaman

Kamis, 09 Agustus 2012

Bacaan Shalawat, Sayyidina or Not?

Bacaan Shalawat, Sayyidina or Not?


"Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad.”

Bershalawat itu apa sih? Shalawat dari Allah berarti RAHMAT dari Allah. Shalawat dari malaikat berarti permohonan ampunan dari malaikat kepada Allah untuk orang-orang beriman. Dan shalawat dari orang-orang beriman berarti doa supaya diberi RAHMAT.  Jelaskah? Hemm, yuk lanjut, maree . .

Lalu, kenapa orang-orang beriman musti bershalawat kepada Nabi sih? Bukannya Beliau sudah mulia, sudah sangat dekat dengan Allah, sudah tidak perlu doa-doa kita lagi?

Memang benar demikian adanya. Bershalawat kepada Nabi Muhammad bukanlah karena Muhammad (Allahumma shalli ‘alaih) memerlukan doa kita, tetapi bershalawat itu perintah Allah kepada orang-orang beriman.

Sebagai pelaksanaan perintah, nilainya ibadah dong. Yang mendoakan akan mendapat balasan dari Allah berupa RAHMAT dan para malaikat akan memohonkan ampunan kepada Allah atas orang-orang beriman yang bershalawat kepada Nabi.
Sip?  . . Sip!

Dasar hukumnya? Quran Hadits so pasti . .
1.                   Allah ta’alaa berfirman, direkam dalam Al-Quran: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Quran Surat Al-Ahzaab: 56)

Ada banyak hadits kok yang menguatkan perintah bershalawat kepada Nabi di atas.

2.                    “Siapa yang bershalawat kepadaku satu kali shalawat, maka Allah akan bershalawat (memberikan RAHMAT) kepadanya sepuluh kali karena sebab satu shalawat tadi.” (Rasulullah SAW, Hadits Riwayat muslim, dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash ra)

Nha, sekarang kita sudah tahu tentang pentingnya shalawat dan dasar hukumnya. Jadi, begitu nama Muhamamd disebut, langsung baca shalawat.

3.                   “Manusia yang paling utama bagiku pada hari kiamat ialah orang-orang yang banyak bershalawat kepadaku.” (Rasulullah SAW, Hadits Riwayat Tirmidzi, dari Ibnu Mas’ud ra)

4.                   Dari Aus bin Aus ra, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di antara hari-harimu yang paling utama adalah hari Jumat. Maka perbanyaklah membaca shalawat kepadaku di hari itu, sebab sesungguhnya bacaan shalawat kalian disampaikan kepadaku.” Lalu shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami sampai kepadamu sedangkan jasadmu telah hancur?” Dalam sebagian riwayat disebutkan ‘sedangkan jasadmu hancur bercampur tanah?’ Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan pada tanah untuk memakan tubuh para nabi.” (Hadits Riwayat Abu Dawud)

5.                   Begitu pentingnya perintah bershalawat dari Allah, diterangkan dalam hadits berikut: “Terhinalah (celakalah) orang yang di waktu namaku disebut di sisinya, dia tidak mau bershalawat kepadaku.” (Muhammad SAW, Hadits Riwayat Tirmidzi)

6.                   “Janganlah kalian jadikan kuburku sebagai tempat berhari raya (perayaan dan tempat bergembira). Bershalawatlah kalian kepadaku karena sesungguhnya bacaan shalawat kalian sampai kepadaku di mana saja kalian berada.” (Muhammad SAW, Hadits Riwayat Abu Dawud)

7.                   “Tidak ada seorangpun yang bershalawat/memberi salam kepadaku, melainkan Allah mengembalikan ruhku, sehingga aku menjawab salam orang itu.” (Muhammad SAW, Hadits Riwayat Abu Dawud)

8.                   “Orang kikir adalah orang yang apabila namaku disebut di sisinya dia tidak mau bershalawat kepadaku.”  (Muhammad SAW, Hadits Riwayat Tirmidzi)

9.                   Dari Fadhalah bin ‘Ubaid ra, berkata: Rasulullah SAW pernah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, tetapi ia tidak mengucapkan pujian kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabi SAW. Maka Rasulullah berkata: “Tergesa-gesa sekali orang ini. Kemudian orang itu beliau panggil. Nabi SAW lalu berkata kepada orang itu dan kepada orang lain: Jika salah seorang dari kalian hendak berdoa, hendaklah memulai dengan mengucapkan pujian kepada Tuhannya Yang Maha Suci dan puji-pujian pada-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi SAW, selanjutnya ia boleh berdoa dengan apa yang dikehendakinya.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)

10.               Dari Abu Muhammad, yaitu Ka’ab bin ‘Ujrah ra, dia berkata, “Nabi SAW keluar kepada kami, lalu kami berkata: “Wahai Rasulullah, kami tahu bagaimana cara bersalam kepadamu, tetapi bagaimana cara bershalawat kepadamu? Beliau SAW bersabda: “Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shalaita ‘alaa aali Ibrahim, innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa  baarakta ‘alaa aali Ibrahiim, innaka hamiidum majiid. (Wahai Allah, berikanlan RAHMAT kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan RAHMAT kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Wahai Allah, berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, Maha Mulia.” (Muttafaqun ‘alaih)

11.               Dari Abu Mas’ud al-Badri ra, dia berkata: “Rasulullah SAW datang kepada kami yang sedang dalam majlis Sa’ad bin ‘Ubadah, lalu Basyir bin Sa’ad berkata kepada beliau SAW: ‘Allah memerintahkan kepada kami bershalawat kepadamu, wahai Rasulullah. Bagaimana cara kami mengucapkan shalawat kepadamu? Rasulullah SAW lalu diam hingga kami menyesalkan alangkah baiknya kalau tadi Basyir tidak bertanya kepada beliau tentang hal itu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ‘Ucapkanlah Allahmumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad. Kamaa shalaita ‘alaa Ibrahim. Wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa aali Ibrahim. Innaka hamiidum majiid.” Sedangkan salam, sebagaimana kalian telah ketahui bersama.” (Hadits Riwayat Muslim)

12.               Dari Abu Humaid as-Sa’di ra, dia berkata: “Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami mengucapkan shalawat kepadamu? Beliau SAW bersabda: “Ucapkanlah Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi. Kama shalita ‘alaa Ibrahiim. Wa baarik ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi. Kamaa baarakta ‘alaa Ibrahiim innaka hamiidum majiid. (Wahai Allah, berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan kepada isteri-isteri serta keturunan-keturunanya sebagaimana Engkau telah memberikan kesejahteraan kepada Ibrahim. Dan berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan kepada isteri-isteri serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.” (Hadits Riwayat Muttafaqun ‘alaih)

Mungkin ada pendapat yang berbeda tentang ucapan shalawat kepada nabi. Jika kita menemukan hal demikian, pegangan kita adalah Allah dengan merujuk ke Quran dan Rasulnya dengan merujuk ke Hadits.

13.                “Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu urusan agama, kembalikanlah kepada Allah (Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhir.“ (Quran Surat An-Nisaa’: 59)

Temans, sekian dulu yah. Aku masih pengin info tentang pengggunaan “Sayyidina” sih. Selama ini shalawat yang aku yakini benar dan tidak mengandung bid’ah adalah yang tersebut di atas itu.

Kalau ada kebenaran, itu karena Allah. Kalau ada kesalahan, itu dari kekuranganku sendiri. Aku terus berusaha belajar, semoga diberi jalan oleh-Nya, aamiin.


Sumber:
1.                   Quran Terjemahan, Penerbit Pena, 2006, Surat Al-Ahzaab: 56 dan Surat An-Nisaa’: 59)
2.                   Kitab Riyadlus Shalihin, Pustaka As-Sunnah, hal. 919 – 924.

OKE?  . . . maree maree . .


Yayah
Depok, 10 Agustus 2012
Untuk Indonesia yang lebih baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar