Halaman

Senin, 05 Maret 2012

Selamat buat Teman-temanku yang Menyelamatkan Diri dari Kantor-kantor Basah: Ditjen Pajak dan Pemda

Selamat buat Teman-temanku yang Menyelamatkan Diri dari Kantor-kantor Basah: Ditjen Pajak dan Pemda



Setahun di FE UNPAD, seorang temanku yang baik hati, pintar, tidak sombong, dan sayang teman mencoba UMPTN UI jurusan ekonomi. Hampir selesai FEUI, dia mengambil ekstensi S1 FHUI. Selesai S1, dia mengikuti tes penerimaan pegawai negeri departemen keuangan dan lolos, ditempatkan di Ditjen Pajak Gatot Subroto. Setelah beberapa lama bekerja, cerita punya cerita kalau di kantor pajak itu gampang sekali 'basah', kecipratan atau 'mencari sumber basah'.

Tiap-tiap orang boleh dikatakan 'wajib' berbasah-basah. Kalau enggak, dia akan dikucilkan, dianggap sok suci, atau dibuang ke kantor lain. Karena teman-temannya yakin bahwa basah itu tidak baik, bisa mengundang berbagai penyakit di dunia dan di akhirat, teman-teman tetap berkeyakinan bahwa basah itu menyakitinya. Dia disarankan tetap menjadi orang baik yang bersih seperti dia yang kami kenal sebelumnya. Setelah melalui pergumulan batin yang panjang, akhirnya dia memutuskan keluar dari Kantor Basah itu.

Dulu sempat kami-kami sering menyalami dia sebagai calon menteri tiap kali mendengar perombakan kabinet atau isu lainnya. Kami saling mendukung karir di antara kami. Kami bangga dengan prestasi-prestasi teman-teman. Tapi, rupanya, setelah susah payah berhasil lolos berbagai saringan masuk pegawai departemen keuangan, ditempatkan di tempat yang b'basah' itu, temanku tetap mempertimbangkan kata-kata kami, yang justru mulai melupakan cerita-cerita 'basah'nya.

Mungkin kini dia tersenyum menyaksikan kasus-kasus Ba'ashif, Gayus, dan Dhana. Dia ada di BBM Grup untuk alumni organisasi kami semasa mahasiswa. Tapi aku belum menyelamatinya, yang selamat dari keburukan-keburukan. Kadang aku berfikir: kalau setiap orang baik meninggalkan lembaga yang korup, yang tinggal berarti yang hobi korup aja ya? Soalnya temanku yang anti-basah juga meminta istrinya meninggalkan pemda tempatnya bekerja karena seringnya beredar uang ini itu yang diyakininya tidak halal. Dia lebih memilih istrinya mengurus anaknya dan hanya dia yang bekerja mencari duit yang halal buat anak-istrinya. Dia ingin keluarganya selamat dari yang 'basah' menggoda.

Aku percaya pada apa kata orang tua: 'There's always exception.' Tidak semua begitu. Pasti ada yang bersih, bersih, dan bersih di sana.

Bersih bersiiiiihhhh . .

Semoga mereka, aku, dan segenap elemen bangsa yang giat memperjuangkan pemberantasan korupsi diberi kemudahan dan diberi perlindungan dari segala kesulitan dan bahaya. Aamiin

Maree maree . .

Yayah
Depok, 6 Maret 2012
Untuk Indonesia yang lebih baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar