Halaman

Selasa, 21 Februari 2012

Christian Wulff dan Aku: Banyak Cerita Sejarah di Quran



Christian Wulff, Presiden Jerman waktu itu, ketika berkunjung ke Indonesia dan memberikan ceramah di Universitas Indonesia Desember 2011 lalu, menyatakan bahwa Islam adalah bagian dari Jerman. Dia juga mengatakan bahwa dia senang membaca Alquran yang banyak bercerita sejarah.

Pernyataan Christian Wulff hampir tidak ada bedanya dengan pemahamanku dulu, bahwa Alquran berisi sejarah, cerita orang-orang terdahulu. Bahasa Alquran begitu lembut, bersastra tinggi, sehingga hal-hal yang mengindikasikan kemarahan Tuhanpun disampaikan oleh Tuhan dengan tutur yang halus dan seolah-olah sebuah cerita. Mudah dibacanya.

Pak Ustadz Ackmanz, Lc, yang ahli fiqih, ahli hadits, fasih bahasa Arab, dan hafal Alquran, pengajar Kajian Meruya yang aku ikuti tiap hari Minggu, mengatakan bahwa isi Alquran hanya 2: perintah dan larangan. Kalau bukan perintah, berarti larangan.

Kita coba baca satu ayat Alquran berikut ya:
'Wahai Bani Isroil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku saja.' (Quran Surat Al-Baqoroh: 40)

Sekarang aku sudah agak pinter ya!

Yang dulu aku pahami dari ayat tersebut adalah bahwa Tuhan menghebatkan orang Yahudi di atas bangsa lain. Sepintas saya melihat itu sebuah cerita tentang Bani Isroil (keturunan Nabi Ya'qub) dan kehebatan-kehebatan mereka. Aku terus bertanya. 'Mana perintahnya ya? Mana larangannya ya? Alquran itu pedoman untuk menjalani hidup bagi orang Islam. Tapi ini cerita kan?'

Ternyata tafsirnya mengatakan bahwa itu teguran keras, don't try this at home! Maksud ayat tersebut adalah untuk memarahi orang Yahudi yang bandel, tak tahu diri, tak memiliki rasa syukur atas nikmat-nikmat, kelebihan-kelebihan yang diberikan Tuhan pada mereka. Ketiadaan rasa syukur itu ditunjukkan dengan pelanggaran demi pelanggaran perintah Tuhan antara lain membunuh nabi-nabi.

Bani Isroil (Keturunan Nabi Ya'qub/Jacob) mendapat banyak kenikmatan dari Allooh. Mereka diingatkan bahwa mereka adalah keturunan nabi yang mulia, Ya'qub a.s. Seolah-olah Allooh berfirman kepada mereka:

'Mengapa kalian tidak meniru bapak kalian yang selalu bersyukur kepada Tuhan-Nya dan memenuhi hak Tuhannya? Mengapa kalian beda dari ayah kalian yang baik itu, dengan cara mengingkari Allooh, memerangi rosul-rosul-Nya dan melanggar perintah-Nya?'

Kemudian Allooh mengingatkan mereka (semacam mengungkit) akan nikmat-nikmat-Nya, agar mereka introspeksi terhadap diri mereka sendiri dan merasa malu kepada Tuhan mereka. Yakni, akankah kenikmatan-kenikmatan tersebut mereka balas dengan perbuatan penuh dosa, pembunuhan para nabi, dan penyembunyian kebenaran?

Allooh juga mengingatkan mereka pada Janji-Nya kepada mereka bila mereka beriman kepada-Nya dan mengikuti para rosul-Nya. Allooh berjanji apabila mereka melakukan hal tersebut, niscaya Dia akan menolong mereka, memuliakan mereka, memberi kedudukan yang terhormat kepada mereka di dunia, dan memuliakan mereka di akhirat kelak dengan surga yang dipenuhi berbagai kenikmatan.

Dan Dia juga telah memerintahkan kepada mereka agar tidak merasa takut/tunduk/taat terhadap selain-Nya, karena Dia-lah yang bisa mendatangkan bahaya dan manfaat, dan di tangan-Nya-lah pahala dan siksa itu.

(Penjelasan Alquran/tafsir Muyassar Jilid 1, Qisti Press, Cetakan Pertama Januari 2008, 'Aidh al-Qarni)

Coba kita bandingkan dengan bahasa vulgar berikut ini, yang dituturkan orang tua di sekitar kita begini: 'Elu tu ye. Dikasih enak-enak, ditolong dari segala kesulitan, masih aja kagak pernah makasih. Masih aja jahat sama gue, bunuhin nabi-nabi gue, melanggar aturan-aturan gue. Mbok yao yang bener jadi orang.'

Jadi, kita kudu bersyukur atas nikmat-nikmat dari Tuhan, dengan cara mentaati perintah-Nya, dan tidak bandel, tidak melakukan yang dilarang, enggak nyebelin.

Begitu kira-kira . .

Kalau ada kebenaran, itu adalah dari Allooh. Kalau ada kesalahan, itu karena ilmuku yang masih cetek. Mohon maaf atas segala kekurangan.

Semangat! Maree . .

Yayah
Depok, 21 Februari 2012
Untuk Indonesia yang lebih baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar