Halaman

Kamis, 09 Februari 2012

Dia Guruku, Selamanya Guruku, My 'Funky' Dosen

Dia Guruku, Selamanya Guruku, My 'Funky' Dosen


Kamis, 9 Februari 2012 pukul lima sore hari aku berjalan menuju auditorium FKUI untuk menghadiri rapat pleno pengurus Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI). Ketika sampai di pertengahan tangga, ada dua orang yang hendak turun, laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki sudah senyam-senyum, memanggilku Mbak. Lalu menyapa:
'Mau ke mana, Mbak?'

'Oh, kamu Cheppy. Apa kabar? Aku mau rapat ILUNI. Kamu tadi meliput seminarnya ya? Aku sekarang masuk ke pengurus ILUNI.' Aku tahu dia wartawan beberapa tahun sebelumnya.

'Aku di Indonesia Finance Today.'

'Oh I see.'

Melihat temannya yang belum aku kenal, aku berusaha menyapanya, dengan maksud tidak membiarkannya bengong.

'Ini siapakah?'

'Ini Girl dari Kompas.'

'Girl, ini dulu my funky dosen. Funky orangnya.' ***funky dalam kamus orang Indonesia adalah: fun, asyik, friendly, gaul, enggak jaim. Kira-kira begitu.

'Salam kenal.'

'Sama-sama,' jawabku

Akhirnya aku dan mantan mahasiswaku bertukar nomor PIN BBM, lalu akupun pamit menuju auditorium yang sudah ditinggalkan mereka.

Malam harinya, sekitar pukul tujuh, aku mendapat pesan BBM dari seseorang yang dulunya mahasiswi.

'Ma'am, pp (profile picture) BBMnya aku ambil yah. Aku kasihkan ke temenku yang sok tahu. Dia tuh sok sholeh, tiap hari ngirim hadits-hadits sampai tiga kali sehari. Udah gitu caranya maksa. Gak asyik. Kita jadi males bacanya, langsung aku delete-delete aja kalau ada pesan masuk dari dia. Aku bilang aja ke dia: 'Kamu itu kalau mau ngajarin orang kayak dosenku nih. Dia baik, sholehah, bijaksana, gak maksa. Kalau naruh hadits-hadits tuh lewat FB, dia taruh aja di FBnya. Caranya juga enak. Dia asyik orangnya. Add aja ya, cari nama dia, cocokin yang ppnya itu.'

Glek . . Ternnyata dia memperhatikanku. Ternyata dia mengagumiku. Ternyata orang, secara umum, memperhatikan gerak-gerik kita, apa yang kita ucapkan, apa yang kita lakukan, bagaimana kita mengucapkan, dan bagaimana kita melakukan apa saja. Tanpa sadar aku merasa senang, tapi sekaligus jadi lebih hati-hati, bahwa yang menurut kita biasa, tidak penting, bisa jadi berkesan besar bagi orang lain.

Sekitar pukul delapan malam aku mampir ke toko komputer untuk membeli asesoris netbook. Selang beberapa lama, seseorang yang menawariku kursi bertanya kepadaku:
'Mbak pulang dari ngajar atau dari mana?'

'Saya seperti guru ya, Pak?'

'Iya'

'Alhamdulillaah masih seperti guru. Saya sudah tidak mengajar sekitar enam tahun, tapi masih seperti guru.'

“Siapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun." (HR. Muslim) Tiap kali kebaikan ajaran kita itu dipraktekkan, tiap kali itu pula kita mendapat tambahan pahala . . ^_^

Alhamdulillaah, alhamdulillaah . . Sekali Bu Guru, selamanya Bu Guru. Semoga membawa manfaat buat diriku dan masyarakat. Semangat!


Suriyah a.k.a Yayah
Depok, 10 Februari 2012
Untuk Indonesia yang lebih baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar