Halaman

Rabu, 22 Februari 2012

Pinokio, dalam Balutan Perkara Jilid I

Pinokio, dalam Balutan Perkara Jilid I



Pinokio

Pinokio Pinokio itu tak ubahnya titan titan neraka

Mereka bicara tanpa hirau alur cerita

Pinokio Pinokio itu tak risau bisikan, seruan, bahkan teriakan kuping-kuping liar pendengarnya

Hidungnya yang panjang terus memanjang,

Sepanjang rentetan tambahan dosa demi dosa, dusta demi dusta yang dibuatnya

“Mereka mungkin sudah tidak ada otaknya ya?”
“Lho kok nanya?”

“Lha iya, nanya. Lha wong nanya gak pakai mbayar kok. Daripada dusta pada masyarakat negara?”
Mereka berkata “Yang Mulia”,

tapi pada galibnya mereka menginjak-injak mendepak martabat kebenaran di hadapannya.
Mereka berbisik lirih setengah bicara,

membisikkan “Yang Mulia”
Tapi mereka hanya pura-pura
Percaya saja pada saya


Pinokio Pinokio itu terus menambah barisan dusta

Hidungnya terus memanjang, sambung menyambung dari satu Pinokio ke Pinokio lainnya

Bersama-sama mereka memelihara dusta

Pinokio yang sudah segar bugar, berdusta!

Pinokio yang menjual tiket perhelatan, berdusta!

Pinokio yang menjadi sponsor, berdusta!

Pinokio yang suka BBMan, berdusta juga!

Mau diapakan hidung-hidung mereka?
 

Padahal, Oom Broery Pesolima dan Tante Dewi Yull pesan wanti-wanti: “Jangan ada vespa di antara kita.”
 

Jakarta,
Yayah, 23 February 2012
Untuk Indonesia yang lebih baik




Tidak ada komentar:

Posting Komentar